Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya energi terbarukan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kini menjadi pilihan utama banyak perusahaan di Indonesia. Namun, di balik sistem PLTS yang tampak serupa, ada satu hal krusial yang sering luput dari perhatian, yaitu standar untuk sistem PLTS. Padahal, standar memiliki peran penting dalam menentukan seberapa andal dan efisien sebuah sistem PLTS dapat bekerja dalam jangka waktu yang panjang.
Standarisasi adalah penetapan aturan, spesifikasi, metode, dan prosedur yang disepakati secara resmi untuk memastikan bahwa sistem PLTS dapat bekerja secara aman, efisien dan tahan lama, serta menghasilkan energi yang sesuai harapan. Umpanya, jika sebuah sistem PLTS yang terlihat terpasang rapi di atap pabrik, namun tidak memenuhi standar keamanan, energi yang dihasilkan bukan hanya dapat menurun, bahkan berisiko menimbulkan bahaya. Oleh sebab itu, standar-standar PLTS bukanlah sekadar aturan, melainkan suatu pondasi untuk memastikan sistem PLTS bekerja aman, efisien, dan tahan lama.
Mengapa Standar PLTS Diperlukan?
- SNI IEC 61730-1,2:2016, mengatur keselamatan modul panel surya, termasuk perlindungan terhadap bahaya kelistrikan dan potensi kebakaran. Dengan mengikuti standar ini, setiap panel diuji untuk memastikan isolasi dan kekuatannya tetap aman dalam berbagai kondisi cuaca, bahkan cuaca ekstrem sekalipun.
- SNI IEC 61215:2016, memastikan modul surya memiliki daya tahan tinggi terhadap suhu, kelembapan, serta tekanan angin dan hujan. Hal ini penting karena modul surya harus tetap efisien meski terpapar panas dan sinar UV setiap hari selama puluhan tahun.
- IEC 62109-2:2011, tentang keselamatan pada komponen inverter. Inverter adalah perangkat yang mengubah listrik dari panel (DC) menjadi listrik yang dapat digunakan bangunan (AC). Standar ini memastikan inverter dilengkapi sistem perlindungan internal terhadap arus lebih, lonjakan tegangan, dan panas berlebih, agar sistem tetap aman dan stabil.
- EN 50618, mengatur spesifikasi kabel DC yang menghubungkan panel dengan inverter. Kabel yang sesuai standar akan tahan terhadap berbagai suhu, kelembapan, dan cuaca, serta menghambat penjalaran api jika terbakar. Kabel juga berperan penting karena dapat mempengaruhi umur sistem PLTS secara keseluruhan.
- SNI 04.6629.3 2006 & SNI IEC 60502.1-2009, mengatur keamanan dan kualitas kabel listrik AC, seperti dari inverter menuju jaringan bangunan atau utilitas. Standar ini memastikan kabel yang dipakai cukup kuat dan aman untuk menghantarkan listrik tanpa menyebabkan masalah seperti panas berlebih, arus pendek (korsleting), atau gangguan sistem distribusi lainnya.
- IEC 61727, mengatur bagaimana cara sistem PLTS terhubung dengan jaringan PLN, termasuk pengaturan frekuensi dan tegangan agar sistem tidak menimbulkan gangguan ke jaringan umum.
- SNI 0225:2011 (PUIL 2011), menjadi pedoman umum seluruh instalasi listrik di Indonesia. Dalam konteks PLTS, standar ini memastikan sistem PLTS memenuhi prinsip keamanan dan keandalan yang sama dengan instalasi listrik konvensional di mana pun di negara ini.
- SNI IEC 61724, mengatur tata cara pemantauan dan analisa performa PLTS, dari pemilihan sensor, pemasangan sensor, tata cara pembacaan dan penyimpanan data, sampai ke tata cara untuk mengukur dan menghitung indeks performa PLTS, dan dokumentasi operasional. Standar ini penting untuk diikuti agar angka indeks performa yang disuguhkan dapat dipercaya keakuratannya.
Dengan menerapkan standar-standar ini, sistem PLTS dapat bekerja secara optimal sejak hari pertama dan tetap stabil bertahun-tahun mendatang. Sebaliknya, sistem yang dibangun tanpa standar seringkali menghadapi masalah seperti penurunan produksi listrik, gangguan inverter, hingga risiko keselamatan akibat sambungan atau kabel yang tidak sesuai spesifikasi.
Penerapan standar juga membantu menjaga nilai investasi jangka panjang. Sistem yang mengikuti standar akan lebih optimal saat beroperasi, mudah dirawat, performa yang stabil, serta memiliki umur pakai yang lebih panjang. Bagi investor, ini berarti pendapatan yang lebih tinggi, biaya operasional yang lebih rendah, dan umur proyek yang lebih lama sehingga meningkatkan laba atas investasinya.
Sistem Monitoring Juga Diatur Dalam Standar Sistem PLTS
- Sensor cuaca, untuk mengukur intensitas sinar matahari, suhu udara, dan suhu modul. Data ini membantu memahami pengaruh kondisi lingkungan terhadap performa PLTS dari waktu ke waktu.
- Meteran listrik, untuk mengukur energi yang dihasilkan dan dikonsumsi. Informasi ini digunakan untuk menghitung efisiensi sistem (performance ratio) dan dan mendeteksi selisih produksi akibat gangguan teknis atau degradasi komponen.
- Data Logger IoT (Internet of Things), untuk mencatat dan mengirimkan seluruh data tersebut ke platform monitoring secara real-time, sehingga tim ahli divisi O&M XURYA dapat menganalisis apakah sistem beroperasi sesuai desain dan kinerja yang sudah diperhitungkan sejak awal.
- Iradiasi matahari, untuk mengetahui seberapa banyak energi yang tersedia dari sinar matahari setiap harinya.
- Suhu modul & inverter, karena kenaikan suhu tertentu dapat mempengaruhi efisiensi konversi energi.
- Produksi dan konsumsi energi listrik, guna memastikan keseimbangan antara daya yang dihasilkan dan yang digunakan.
- Status sistem dan alarm notifikasi, yang memberi tanda jika ada komponen yang tidak bekerja sesuai semestinya.
Data yang dikumpulkan ini lalu dianalisis oleh tim ahli divisi O&M Xurya untuk memantau kinerja harian, mendeteksi potensi penurunan performa, dan melakukan langkah perbaikan jika diperlukan.
Seluruh data ini nantinya akan menghasilkan Performance Ratio (PR), yang merupakan indikator yang menggambarkan efisiensi teknis sistem PLTS tanpa pengaruh cuaca. PR ini menjadi tolok ukur apakah sistem bekerja sesuai desain dan seberapa besar potensi perbaikan yang dibutuhkan. Analisis ini juga mengacu pada pedoman SNI-IEC 61724.
Bagi Xurya, sistem monitoring tidak hanya bertujuan untuk memenuhi standar, tetapi menjadi bagian dari proses manajemen performa yang berkelanjutan. Ketika ditemukan penurunan performa atau muncul notifikasi peringatan, tim ahli divisi O&M Xurya segera melakukan pemeriksaan dan perbaikan. Bahkan saat sistem berjalan normal, perawatan rutin tetap dilakukan untuk mencegah potensi gangguan di masa mendatang. Pendekatan berbasis data ini memastikan sistem PLTS Xurya selalu bekerja secara optimal.
Sebagai contoh, jika sistem monitoring menunjukkan bahwa produksi energi dari satu inverter menurun dibandingkan inverter lain di area yang sama, tim ahli divisi O&M Xurya dapat langsung menelusuri penyebabnya, apakah ada debu yang menumpuk di panel, sambungan listrik yang longgar, atau komponen yang mulai mengalami kerusakan. Dengan cara ini, potensi gangguan bisa diidentifikasi lebih awal sebelum berdampak besar pada performa sistem secara menyeluruh.
Lebih lengkapnya mengenai O&M Xurya, dapat diakses di sini.
Komitmen Xurya terhadap Standarisasi dan Kualitas
- Penggunaan komponen bersertifikasi SNI/IEC, seperti modul panel , inverter, dan kabel listrik yang telah diuji ketahanan dan keamanannya.
- Instalasi sesuai regulasi Kementerian ESDM, PLN, PUIL, serta regulator terkait lainnya, untuk memastikan seluruh sambungan dan sistem kelistrikan sesuai standar nasional.
- Proses quality control (QC) dan commissioning dilakukan dengan ketat, di mana setiap sistem diuji performa dan keamanannya sebelum beroperasi penuh.
- Sistem monitoring berbasis IoT, yang memantau performa panel, inverter, dan konsumsi energi secara real-time.
- Analisis performa berkala, untuk memastikan sistem terus bekerja sesuai parameter desain dan mencapai target efisiensi yang telah dIperhitungkan sejak awal.
Dampak Nyata Penerapan Standarisasi Terhadap Performa Sistem PLTS dan Kepercayaan Klien
Rekam Jejak Performa Sistem PLTS, Xurya

English




